11 Mei, 2008

MYCOTOXIN

Jika pada ternak anda khususnya ternak unggas, sering terjadi kegagalan program vaksinasi, sering terjadi kasus penyakit yang sulit disembuhkan dengan antibiotik, maka kemungkinan ternak anda sedang mengalami kasus penyakit akibat racun yang dihasilkan oleh jamur atau lebih dikenal dengan mycotoxicosis.

Celakanya kasus mycotoxicosis lebih banyak bersifat sub klinis sehingga bila ada serangan bakteri atau virus kejadian penyakit menjadi lebih parah karena dalam kondisi sub klinis ini pada dasarnya racun jamur tersebut lebih banyak mengganggu system pertahanan tubuh dan metabolisme (immunosuppressive).

Pada umumnya kita beranggapan dengan memakai bahan baku pakan yang kering masalah racun jamur menjadi hal yang tidak penting. Padahal pada bahan baku tersebut pada dasarnya telah tercemar oleh jamur mulai dari masa panen, gudang petani, gudang pengumpul, gudang grosir sampai gudang pabrik atau peternak.

Illustrasi dari proses tumbuhnya jamur dapat dibayangkan selalu naik turun sesuai dengan proses perjalanan dan penanganan dimasing-masing tahap. Misalkan dari panen sampai gudang petani jumlah jamur meningkat, kemudian oleh karena adanya proses pengeringan digudang petani jumlah jamur menurun demikian seterusnya disetiap tahap perjalanan bahan baku sampai ke gudang pabrik atau peternak. Jumlah jamur yang naik turun tidak demikian halnya dengan jumlah racun jamur (mycotoxin) yang mana terjadi akumulasi mulai dari tahap awal sampai akhir perjalanan bahan baku tadi.

Toxisitas racun jamur terhadap ternak dipengaruhi oleh jenis ternak, umur, sex, dan jumlah dari racun jamur. Tidak ada tingkat yang dapat dikatakan aman untuk dikomsumsi. Naiknya tingkat racun jamur maka naik pula resikonya terhadap kesehatan ternak. Pada tingkat yang paling rendah racun jamur menyebabkan terjadinya immunosupresive, kelainan metabolisme yang berakibat menghambat produktivitas ternak.

Kejadian mycotoxicosis akan diperparah oleh adanya penyakit bacterial maupun viral, kelainan metabolisme dan defisiensi nutrisi. Pada level rendah jumlah racun jamur akan mempengaruhi proses metabolisme dan system kekebalan tubuh, kemudian dilanjutkan oleh munculnya gejala klinis dan apabila jumlah racun jamur sampai pada tingkat ambang batas bisa mengakibatkan terjadinya kematian pada ternak. Dan yang perlu menjadi perhatian kita adalah bahwa racun jamur mempunyai sifat kumulatif, yakni racun jamur terakumulasi di organ-organ tubuh seperti hati, ginjal, limpa, bursa fabricius dan otot kerangka yang mengakibatkan penyakit kronis.

Toxin jamur yang membahayakan, adalah T-2 toxin, HT-2 toxin, Zearalenon, Deoxinivalenon, dan Aflatoxin. Melihat kondisi alam kita Indonesia yang trofis, tentunya masalah racun jamur haruslah menjadi prioritas dalam usaha untuk meningkatkan produktivitas ternak kita.

ANTI JAMUR ATAU ANTI RACUN JAMUR ?

Berbicara anti jamur (mold inhibitor) dan anti racun jamur (toxin absorbent) dilapangan sering mengalami kerancuan. Anti jamur berfungsi untuk menghambat terjadinya pertumbuhan jamur didalam pakan, sedangkan anti racun berfungsi untuk mengikat racun yang sudah ada didalam bahan baku sehingga menjadi tidak berbahaya. Sering peternak khususnya peternak yang mengaduk pakan ternak sendiri (shelf mixer) berkomentar bahwa dia tidak memakai anti jamur karena pakan yang diaduk hari ini akan dipakai besok. Memang betul tidak perlu anti jamur, tapi anti racun jamur (toxin absorbent) tetap diperlukan untuk mengikat racun jamur yang ada didalam bahan baku pakan seberapapun itu kecilnya. Kita harus ingat akan peribahasa “sedikit-demi sedikit lama-lama menjadi bukit” dengan tidak adanya pemakaian anti racun jamur maka lama-lama racun jamur tersebut terakumulasi di dalam organ-organ tubuh ternak terutama pada hati, bursa fabricius dan pancreas yang pada akhirnya pemperparah terjadinya kasus penyakit baik bacterial maupun viral.

Jadi jika anda termasuk peternak yang mengaduk pakan ternak sendiri (self mixer) perlu untuk memakai anti racun jamur. Dipasaran anti racun jamur sudah cukup banyak beredar yang komposisinya berupa mineral alami sejenis aluminium dan silikat. Dan yang perlu diperhatikan dalam memilih toxin absorbent adalah seberapa besar volume pori-porinya, sebaran partikelnya, kapasitas ionik, dan sudah diaktivasi.

Kalau berbicara anti jamur, tentunya diperlukan jika terjadi proses penyimpanan yang cukup lama (stok) misalnya pada kasus lebaran dimana karyawan banyak cuti untuk mudik. Atau pada bahan baku yang cukup lama disimpan untuk mengantisipasi kenaikan harga pada masa-masa sulit. Pada kasus ini kita perlu menambahkan anti jamur pada pakan atau bahan baku yang akan disimpan. Anti jamur biasanya berupa asam-asam organic yang sifatnya volatile (mudah menguap) maka yang perlu diperhatikan adalah sistim buffer atau penggaramannya sehingga asam tersebut cukup lama kontak dan bekerja didalan pakan atau bahan baku yang akan kita simpan.

PREMIX

Dipasaran saat ini cukup banyak premix beredar baik lokal maupun import yang pada komposisinya banyak tercantum toxin absorbent atau moldinhibitor. Entah bagaimana pada umumnya banyak peternak beranggapan dengan adanya salah satu bahan yang disebut tadi sudah cukup untuk memproteksi pakan yang dia campur. Nanti dulu ? kita harus memperhatikan berapa jumlahnya pada setiap kilogram premix. Pernah penulis menemukan dilapangan salah satu premix yang beredar mengandung toxin absorbent sebanyak 20 gr/kg premix dengan dosis 5 kg/ton. Ini berarti bahwa jumlah toxin absorbent ada 100 gr untuk satu ton pakan. Dengan jumlah yang sedemikian tentunya tidaklah cukup untuk memproteksi pakan yang kita aduk, itu berarti perlu penambahan. Memang pada pabrik-pabrik premix biasanya ditambahkannya toxin absorbent tersebut untuk menjaga kwalitas premixnya. Jadi bukan untuk pemproteksi secara keseluruhan pakan yang akan diaduk.

BAHAYA RACUN JAMUR PADA TERNAK

Seperti yang telah diutarakan di atas tadi, yang paling penting kita ketahui dan perhatikan efek negative dari racun jamur adalah terjadinya mycotoxicosis yang sub klinis (tidak adanya gejala klinis yang tampak secara kasat mata). Pada kejadian sub klinis ini, beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa racun jamur telah diketahui dapat mengakibatkan kejadian-kejadian sebagai berikut;
rusaknya system kekebalan tubuh ternak
terjadinya kegagalan vaksinasi dan pengobatan
menurunnya jumlah sel-sel darah putih dan magrofag
menurunnya kemampuan sel-sel magrofag dalam membunuh bakteri-bakteri pathogen
meningkatnya resiko terjadinya infeksi bakteri
berkurangnya jumlah konsentrasi plasma darah dari antibiotic yang diberikan

Kalau hal-hal tersebut diatas berlangsung terus, maka kita akan melihat gejala klinis pada ayam baik pedaging maupun petelur seperti;
jeleknya FCR dan pertambahan bobot badan harian
menurunnya nafsu makan
menurunnya produksi telur
adanya kerusakan pada hati dan ginjal
pertumbuhan tulang yang rapuh
perlukaan pada paruh
pertumbuhan bulu yang jelek
program vaksinasi dan pengobatan yang selalu gagal
pada akhirnya terjadi kematian

1 komentar:

WisnuTH mengatakan...

Hallo bang Olan.. aku lagi nyari dolar ne di warnet.... aku dah liat blog anda dan ternyata dah balik sepert semula malah dah ada read morenya segala.... selamat ya.