24 Juni, 2008

BLOG BARU

:

Para pengunjung yang terhormat, silakan kunjungi blog saya yang lain dengan alamat http://technicalservice.wordpress.com/ Blog baru ini dibuat untuk lebih memberi nuansa baru dalam tampilannya. Blog ini, http://farmadvisindonesia.blogspot.com, insya Alloh tetap akan saya update, mudah-mudahan para pengunjung tetap setia mengunjunginya. Terimakasih.

Read More......

12 Juni, 2008

SEMINAR (HEAT STRESS)

:


Dalam seminar yang saya lakukan di Rumah Makan Ikan Bakar Cianjur, 11 Juni 2008 yang lalu, ini merupakan tugas dari perusahaan. Tentunya topic telah dipilih sedemikian rupa agar sesuai dengan kondisi saat ini, yaitu musim kemarau, dimana akan banyak terjadi kasus heat stress. Seminar di hadiri sekita 20 an orang peternak atau manager farm.

Saya hanya memfokuskan bahasan akan efek dari heat stress terhadap terganggunya sistim kekebalan tubuh, yang pada akhirnya nanti akan meningkatkan terjadinya kasus penyakit baik bacterial maupun viral.

Ada beberapa pertanyaan peserta seminar terhadap saya seperti dibawah ini;
1. Bapak H. Kosim bertanya, kenapa pada kasus heat stress ayam yang banyak mati selalu ayam yang bobotnya paling berat ? Jawaban saya adalah, semakin berat suatu ayam tentunya akan semakin banyak panas yang harus dia keluarkan dari dalam tubuhnya, sehingga pada akhirnya nanti akan banyak mengganggu jantung dan ginjal ayam tersebut yang pada akhirnya mengakibatkan kematian.

2. Bapak Rosid bertanya, Apakah ayam kampung dan ayam buras sama reaksinya terhadap kejadian heat stress ? Jawaban saya adalah, reaksi tentunya sama, tapi ketahanan terhadap heat stress tentunya ayam kampung jauh lebih tahan dibandingkan dengan ayam buras, kenapa? Karena ayam kampung secara genetic telah menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan, sementara ayam buras dengan proses seleksi yang sedemikian rupa akan mengalami gangguan dalam beradaptasi dengan linkungan yang ada
3. Bapak H. kosim bertanya lagi, pada saat ini sering terjadi kasus pernafasan di farmnya, diobati tidak sembuh-sembuh? Jawaban saya, kemungkinan terjadi kasus viral seperti IB atau ND
4. Bapak Drh. Suryo bertanya, apa ada hubungan kejadian heat stress dengan kwalitas kerabang telur dan apakah perlu penyesuaian formula pakan pada saat kemarau? Jawaban saya adalah sangat berhubungan, kita ketahui pada saat heat stress ayam akan melakukan panting untuk mengeluarkan panas dari tubuhnya secara evaporasi, akibatnya CO2 banyak dikeluarkan dari dalam tubuh sehingga calsium dari dalam tubuh semakin banya dikeluarkan melalui ginjal. Tentunya pada akhirnya calsium yang ditransfer ke saluran reproduksi dan tulang akan semakin berkurang, dan akibat lanjutannya adalah kwalitas telur semakin jelek dan kerapuhan tulang juga sering terjadi.
5. Mbak Desi bertanya, kenapa pada saat panas nafsu makan ayam berkurang? Jawaban saya adalah akibat adanya panting tadi dan CO2 banyak dikeluarkan akan mengakibatkan cairan tubuh semakin alkalis dan pada akhirnya nafsu makan semakin menurun.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari seminar kali ini adalah bahwa heat stress telah menjadi suatu kasus yang menjadi perhatian penting bagi peternak, ini merupakan suatu gambaran bahwa dengan adanya perubahan iklim dan pemanasan global, heat stress bukan lagi menjadi kasus yang dapat diremehkan. Adopsi teknologi perkandangan juga sudah harus ditingkatkan, seperti sistim kandang tertutup (close house), serta peningkatan pemberian obat-obatan yang dapat mengurangi efek dari heat stress tersebut.

Read More......

02 Juni, 2008

IMMUNE STIMULANT

:

Secara genetik ayam yang kita pelihara saat ini khususnya ayam pedaging telah mengalami kemajuan yang begitu pesat. Kalau pada tahun 90-an ayam pedaging pada umur 25 hari berat-nya baru mencapai sekitar 700 gr, saat ini pada umur yang sama kita bisa melihat berat badan ayam pedaging telah mencapai sekitar 1.4 kg. Itu artinya pada tahun 90-an untuk panen kecil (1.1 – 1.2 kg) kita membutuhkan waktu sekitar 30 hari, maka pada saat ini kita hanya membutuhkan 20 hari untuk berat panen yang sama.
Demikian juga halnya dengan FCR, pada tahun 90 – an FCR untuk 1.0 kg daging sekitar 1.6 – 1.8, maka saat ini untuk berat yang sama FCR nya sekitar 1.1 – 1.2. Kalau kita bandingkan lagi dengan nilai IP (Indeks Prestasi), pada tahun 90 – an IP sebesar 180 kita anggap sudah bagus, pada saat ini IP 180 bisa kita katakan jelek. Lalu pertanyaannya adalah dengan adanya perkembangan genetik yang begitu pesat sudahkah kita imbangi dengan sistim pemeliharaan yang lebih baik ? pakan yang sesui? program vaksinasi yang tepat dan atau biosekuriti yang ketat? Karena jawaban atas pertanyaan tersebut sangat perlu untuk mencapai pertumbuhan yang optimum dari ayam yang kita pelihara saat ini.

Masih segar dalam ingatan kita bagaimana hebatnya seorang Cristiano Ronaldo pemain MU yang begitu perkasanya memporak-porandakan pertahanan lawan, ketika bertarung di Liga Primier dan Liga Champion, sehingga MU berhasil mempersembahkan double winner tahun ini. Hal ini bisa mereka capai karena secara genetik para pemain MU punya bakat yang sangat dominan untuk bermain sepak bola, kemudian didukung oleh sistim pelatihan yang ketat dan professional, makanan yang bergizi dan terukur serta didukung oleh lingkungan, team yang kompak dan lapangan yang baik, sehingga Cristiano Ronaldo dkk bisa mencapai keberhasilan tersebut. Saya tidak bisa membayangkan seandainya seorang Cristiano Ronaldo yang secara genetik punya talenta bermain sepak bola berada di team nasional Indonesia dan bermain di lapangan RBC Cibinong yang becek dan tidak berumput itu?. Tentunya Cristiano Ronaldo tidak akan bisa bermain optimal karena faktor yang lain tidak mendukungnya.

Pragraf diatas bisa kita analogikan dengan ayam yang kita hadapi sekarang ini, walaupun secara genetik telah berkembang dengan pesat, kalau tidak didukung dengan sistim pemeliharaan yang baik, formulasi pakan yang tepat, program vaksinasi dan biosecurity yang ketat jangan anda harapkan untuk mendapatkan hasil yang optimum. Prof. Pierson dari Virginia University mengatakan; dengan perkembangan genetik yang pesat senyatanya dibarengi dengan penurunan immunocompetence pada tubuh ayam tersebut. Immunocompetence adalah suatu sistem di dalam tubuh yang bertanggung jawab merespon setiap terjadinya infeksi kuman secara efektive oleh adanya interaksi antara sel, cairan, jaringan dan organ sistem kekebalan tubuh. Itu artinya adalah dengan adanya perkembangan genetik yang begitu pesat juga dibarengi dengan semakin sensitifnya ayam tersebut terhadap serangan penyakit, sehingga saat ini sering bermunculan wabah penyakit baru yang diistilahkan sebagai Emerging Infectious Disease. Untuk itu sangat penting diperhatikan cara dan bagaimana kita mengelola pemeliharaan ayam , sehingga ruang untuk terjadinya kesalah semakain kecil atau sama sekali tidak ada.

IMMUNE STIMULANT

Saat ini, dengan adanya kelemahan dari perkembangan genetik yaitu semakin sensitifnya ayam terhadap serangan penyakit, para peneliti dan industri obat hewan, seolah berlomba untuk meneliti dan memproduksi obat ataupun feed supplement untuk menutupi kelemahan tersebut, yang diistilahkan sebagai immune stimulant, immunomodulator atau immune booster.

Immune stimulant merupakan bahan yang berfungsi untuk merangsang sistim kekebalan tubuh bekerja lebih optimal, sehingga ayam lebih kuat dalam menghadapi serangan mikroorganisme pathogen.

Immune stimulant bisa dibedakan pada dua kelompok yaitu endogenus regulator yaitu hormone dan cytokine dan immunogenic compound seperti vitamin, mineral, lipopolysaccaride, asam lemak esensial, asam amino dan enzyme.

Immunogenic compound dapat dikatakan sebagai immune stimulant karena fungsi dan perannya terhadap kerja sistim kebal tubuh antara lain : membantu perkembangan jaringan limpoid, meningkatkan produksi mucus, meningkatkan pembentukan bahan aktive sistem kebal, mengaktivasi dan meningkatkan proliperasi sel-sel kebal, serta modulasi dan pengaturan sistem kekebalan tubuh.

Di bawah ini adalah contoh zat atau bahan yang dapat diklaim sebagai immune stimulant:

VITAMIN E

Vitamin E berfungsi sebagai Antioxidant utama, baik di dalam maupun di luar sel, melindungi kerusakan sel membran akibat proses oksidasi, mengurangi efek dari reaksi radang akibat adanya infeksi mikroorganisme, melindungi sel-sel darah seperti eritrosit dan macrophage, dengan demikian vitamin E dapat berfungsi sebagai immune stimulant terutama menstimulasi perbanyakan sel limfosit dan aktivitas Natural Kill Cells.

VITAMIN D

Vitamin D berperan dalam peningkatan proliferasi sel limposit dan proses pengeluaran cytokine.

LEVAMISOLE

Levamisole berperan dalam menstimulasi pembentukan Antibodi, menstimulasi perbanyakan dan aktivasi sel – T, meningkatkan fungsi monosit dan macrofage (termasuk proses fagositosis dan kemotaxis) dan meningkatkan pergerakan dan kemotaxis dari Neutrofil.

LIPOPOLYSACCHARIDE

Lipopolysaccharides (LPS) berperan dalam produksi cytokine.

BETAIN

Betain selain berperan sebagai osmoregulator juga berperan dalam pembentukan sel darah (macrofage, sel B, sel T).

Β-GLUCANS

B-glucans berperan dalam mengaktivasi macrophage untuk memproduksi cytokine dan menstimulasi sel B dan sel T dalam proses pembentukan antibody.

ARGININE

Arginine berperan dalam menetralisasi NO2- yg dihasilkan dari proses phogositosis oleh macrophage, meningkatkan berat dan fungsi thymus serta meningkatkan proliferasi sel lymphocyte.

Tentunya masih banyak lagi zat atau bahan yang berfungsi sebagai immune stimulant, yang pada intinya dapat meningkatkan sistim kekebalan tubuh, walaupun terkadang belum dapat terdefinisikan dengan baik dari cara kerja zat atau bahan tersebut.

Secara umum efek yang terlihat dari pemberian immune stimulant terhadap ternak adalah: tingkat mortality menurun, meningkatkan ketahanan tubuh terhadap serangan mikroorganisme pathogen, menyehatkan saluran pencernaan, serta meningkatkan efektivitas pengobatan dan vaksinasi.

Read More......

28 Mei, 2008

MIKRO FLORA SALURAN CERNA

:

Saluran pencernaan mempunyai dua fungsi utama, pertama berfungsi sebagai tempat pencernaan dan penyerapan makanan untuk diolah menjadi energy dan fungsi kedua sebagai sistim pertahanan tubuh dari serangan mikro organisme patogen.
Oleh karena itu saluran pencernaan yang sehat mutlak dibutuhkan agar proses pencernaan dan penyerapan makanan, serta fungsi sistim kekebalan tubuh berjalan dengan baik.
Secara normal saluran cerna dihuni oleh mikro flora saluran cerna atau juga disebut sebagai mikro organism komensal, yang menguntungkan bagi kesehatan tubuh.
Mikro flora saluran cerna memiliki beberapa fungsi seperti, sintesa protein dan vitamin, membantu proses pencernaan dan penyerapan serta berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri patogen dengan cara; memproduksi asam organic, memproduksi bakteriosin sebagai anti bakteri dan menggantikan tempat melekat bakteri patogen pada permukaan epitel saluran cerna.
Dalam keadaan normal, jumlah mikro flora menguntungkan lebih banyak dibandingkan jumlah bakteri patogen. Jumlah bakteri patogen dan bakteri menguntungkan harus dalam keadaan seimbang untuk menjaga kesehatan saluran cerna.
Keseimbangan jumlah mikro flora bisa terganggu oleh pengaruh kontaminasi melakui pakan, air minum dan peralatan kandang, kasus penyakit bacterial, virus, parasit dan jamur serta pengaruh lingkungan dan stress management. Ketidakseimbangan jumlah mikro flora tersebut sering disebut dengan disbakteriosis.
Untuk mencegah terjadinya disbakteriosis pada ternak maka pada saat ini management formulasi pakan ternak, khususnya pakan unggas, sering ditambahkan feed additive seperti;


ANTIBIOTIK


Antibiotik pada formulasi pakan ditambahkan untuk menekan pertumbuhan bakteri-bakteri patogen, adapun antibiotic yang sering dipakai pada formula pakan adalah; Avoparcin, Bacitracin, Bambermycin, Colistin, Virginiamycin dll.


ASAM ORGANIK (ACIDIFIER)


Saluran pencernaan mempunyai kisaran pH sekitar antara 2.0 – 8.0. Saluran cerna bagian atas sampai tengah cendrung asam dan saluran cerna bagian bawah cendrung basa. Sementara itu bakteri yang menguntungkan cendrung tumbuh optimal pada pH rendah, sedangkan bakteri patogen cendrung tumbuh optimal pada pH tinggi. Oleh karena itu, bakteri-bakteri menguntungkan hidup baik disekitar usus halus, sementara bakteri-bakteri pathogen hidup baik di usus besar.
Untuk itu, agar bakteri menguntungkan hidup lebih banyak dan bakteri patogen ditekan pertumbuhannya, maka pada formulasi pakan ditambahkan asam organic agar suasana pH saluran cerna rendah, sehingga pertumbuhan bakteri menguntungkan optimum, sementara itu pertumbuhan bakteri pathogen ditekan.


PREBIOTIK


Prebiotik merupakan serat kasar seperti mannan oligosaccarida (MOS) atau fructo oligosaccarida (FOS) yang berfungsi sebagai nutrisi untuk merangsang pertumbuhan bakteri-bakteri yang menguntungkan, dengan penambahan prebiotik pada formulasi pakan diharapkan jumlah bakteri menguntungkan jauh lebih banyak dibandingkan bakteri merugikan.


PROBIOTIK


Sedangkan probiotik adalah bakteri tertentu seperti Lactobacillus spp yang telah dibiakkan pada media tertentu dan setelah itu ditambahkan pada formulasi pakan, sehingga nantinya diharapkan berkembang banyak pada saluran cerna ternak.


ENZYM


Pada bahan baku pakan ada sebagian mengandung serat kasar yang tidak bisa dicerna oleh endogenus enzyme sehingga dibutuhkan penambahan enzyme dari luar seperti β-glucanase dan xylanase untuk memecah serat kasar tersebut sehingga tidak menimbulkan efek negative seperti; menurunnya aktivitas proses pencernaan dan penyerapan makanan, diare, penurunan aktivitas mikroba menguntungkan dll.
Dengan penembahan zat-zat tersebut diatas pada formulasi pakan diharapkan saluran pencernaan menjadi sehat sehinga proses pencernaan dan penyerapan makanan optimal, jumlah bakteri menguntungkan meningkat sedangkan jumlah bakteri patogen menurun, dan fungsi sistim kekebalan tubuh meningkat, yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas ternak.

Read More......

16 Mei, 2008

HEAT STRESS

:

Sebagai wilayah tropis, sebagian besar alam Indonesia relatif panas dan lembab, suhu disiang hari tinggi dan pada malam hari relatif rendah. Dengan adanya fluktuasi suhu tersebut, ayam mengalami kesulitan dalam mengatur keseimbangan suhu yang sesuai dengan batas fisiologis di dalam tubuhnya. Oleh karena itu heat stress merupakan suatu masalah pada peternakan ayam di Indonesia.
Kejadian stress pada ayam, mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah glukokortikoid darah sebagai akibat dari mobilisasi asam lemak untuk memasok energi darurat yang dibutuhkan oleh tubuh. Akibat dari meningkatnya jumlah glukokortikoid adalah menghambat kerja interleukin-1 dan interleukin-2 yang berperan dalam proliferasi limfosit dan pematangan sel B menjadi sel plasma, sehingga pembentukan antibodi menjadi terhambat. Selain itu menimbulkan efek patologis seperti; hydrop, penimbunan lemak di visceral, hati rapuh, tulang rapuh, dan pada akhirnya terjadi perlambatan pertumbuhan dan penurunan aktivitas produksi.
Salah satu gejala klinis dari heat stress adalah panting. Panting merupakan suatu reaksi fisiologis ayam dalam rangka menurunkan suhu tubuh dengan cara evaporasi cairan tubuh melalui saluran pernafasan yang pada akhirnya mengakibatkan hilangnya cairan tubuh.
Pada saat panting ayam akan lebih banyak mengeluarkan CO2 sehingga cairan tubuh menjadi lebih alkalis yang pada akhirnya mengakibatkan pengeluaran elektrolit tubuh yang banyak melalui ginjal. Jika terjadi secara terus-menerus akan mengakibatkan gangguan pada ginjal, berlanjut ke jantung sehingga terjadi penimbunan cairan tubuh (hydrop)
Dengan adanya perubahan pH tubuh akan mengakibatkan menurunnya nafsu makan yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya perlambatan pertumbuhan dan penurunan produksi telur.
MENGURANGI EFEK HEAT STRESS
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi efek dari heat stress adalah :
Supplay Air Minum : pastikan bahwa supplai air minum tersedia terus-menerus pada saat terjadi cuaca panas. Usahakan bak penampung dan saluran air terhindar dari cahaya matahari, agar air yang sampai ketempat air minum benar-benar air dingin.
Pakan : lakukan pemberian pakan dengan pola huruf U, pada saat suhu rendah berikan jumlah pakan lebih banyak dibanding pada siang hari.
Kandang : harus diperhatikan kontruksi kandang dan system ventilasinya.
Kepadatan : pada saat musism panas sebaiknya kepadatan ayam dikurangi
Supplement : berikan supplement seperti vitamin A D E C dan, aspirin.

Read More......

11 Mei, 2008

MYCOTOXIN

:

Jika pada ternak anda khususnya ternak unggas, sering terjadi kegagalan program vaksinasi, sering terjadi kasus penyakit yang sulit disembuhkan dengan antibiotik, maka kemungkinan ternak anda sedang mengalami kasus penyakit akibat racun yang dihasilkan oleh jamur atau lebih dikenal dengan mycotoxicosis.

Celakanya kasus mycotoxicosis lebih banyak bersifat sub klinis sehingga bila ada serangan bakteri atau virus kejadian penyakit menjadi lebih parah karena dalam kondisi sub klinis ini pada dasarnya racun jamur tersebut lebih banyak mengganggu system pertahanan tubuh dan metabolisme (immunosuppressive).

Pada umumnya kita beranggapan dengan memakai bahan baku pakan yang kering masalah racun jamur menjadi hal yang tidak penting. Padahal pada bahan baku tersebut pada dasarnya telah tercemar oleh jamur mulai dari masa panen, gudang petani, gudang pengumpul, gudang grosir sampai gudang pabrik atau peternak.

Illustrasi dari proses tumbuhnya jamur dapat dibayangkan selalu naik turun sesuai dengan proses perjalanan dan penanganan dimasing-masing tahap. Misalkan dari panen sampai gudang petani jumlah jamur meningkat, kemudian oleh karena adanya proses pengeringan digudang petani jumlah jamur menurun demikian seterusnya disetiap tahap perjalanan bahan baku sampai ke gudang pabrik atau peternak. Jumlah jamur yang naik turun tidak demikian halnya dengan jumlah racun jamur (mycotoxin) yang mana terjadi akumulasi mulai dari tahap awal sampai akhir perjalanan bahan baku tadi.

Toxisitas racun jamur terhadap ternak dipengaruhi oleh jenis ternak, umur, sex, dan jumlah dari racun jamur. Tidak ada tingkat yang dapat dikatakan aman untuk dikomsumsi. Naiknya tingkat racun jamur maka naik pula resikonya terhadap kesehatan ternak. Pada tingkat yang paling rendah racun jamur menyebabkan terjadinya immunosupresive, kelainan metabolisme yang berakibat menghambat produktivitas ternak.

Kejadian mycotoxicosis akan diperparah oleh adanya penyakit bacterial maupun viral, kelainan metabolisme dan defisiensi nutrisi. Pada level rendah jumlah racun jamur akan mempengaruhi proses metabolisme dan system kekebalan tubuh, kemudian dilanjutkan oleh munculnya gejala klinis dan apabila jumlah racun jamur sampai pada tingkat ambang batas bisa mengakibatkan terjadinya kematian pada ternak. Dan yang perlu menjadi perhatian kita adalah bahwa racun jamur mempunyai sifat kumulatif, yakni racun jamur terakumulasi di organ-organ tubuh seperti hati, ginjal, limpa, bursa fabricius dan otot kerangka yang mengakibatkan penyakit kronis.

Toxin jamur yang membahayakan, adalah T-2 toxin, HT-2 toxin, Zearalenon, Deoxinivalenon, dan Aflatoxin. Melihat kondisi alam kita Indonesia yang trofis, tentunya masalah racun jamur haruslah menjadi prioritas dalam usaha untuk meningkatkan produktivitas ternak kita.

ANTI JAMUR ATAU ANTI RACUN JAMUR ?

Berbicara anti jamur (mold inhibitor) dan anti racun jamur (toxin absorbent) dilapangan sering mengalami kerancuan. Anti jamur berfungsi untuk menghambat terjadinya pertumbuhan jamur didalam pakan, sedangkan anti racun berfungsi untuk mengikat racun yang sudah ada didalam bahan baku sehingga menjadi tidak berbahaya. Sering peternak khususnya peternak yang mengaduk pakan ternak sendiri (shelf mixer) berkomentar bahwa dia tidak memakai anti jamur karena pakan yang diaduk hari ini akan dipakai besok. Memang betul tidak perlu anti jamur, tapi anti racun jamur (toxin absorbent) tetap diperlukan untuk mengikat racun jamur yang ada didalam bahan baku pakan seberapapun itu kecilnya. Kita harus ingat akan peribahasa “sedikit-demi sedikit lama-lama menjadi bukit” dengan tidak adanya pemakaian anti racun jamur maka lama-lama racun jamur tersebut terakumulasi di dalam organ-organ tubuh ternak terutama pada hati, bursa fabricius dan pancreas yang pada akhirnya pemperparah terjadinya kasus penyakit baik bacterial maupun viral.

Jadi jika anda termasuk peternak yang mengaduk pakan ternak sendiri (self mixer) perlu untuk memakai anti racun jamur. Dipasaran anti racun jamur sudah cukup banyak beredar yang komposisinya berupa mineral alami sejenis aluminium dan silikat. Dan yang perlu diperhatikan dalam memilih toxin absorbent adalah seberapa besar volume pori-porinya, sebaran partikelnya, kapasitas ionik, dan sudah diaktivasi.

Kalau berbicara anti jamur, tentunya diperlukan jika terjadi proses penyimpanan yang cukup lama (stok) misalnya pada kasus lebaran dimana karyawan banyak cuti untuk mudik. Atau pada bahan baku yang cukup lama disimpan untuk mengantisipasi kenaikan harga pada masa-masa sulit. Pada kasus ini kita perlu menambahkan anti jamur pada pakan atau bahan baku yang akan disimpan. Anti jamur biasanya berupa asam-asam organic yang sifatnya volatile (mudah menguap) maka yang perlu diperhatikan adalah sistim buffer atau penggaramannya sehingga asam tersebut cukup lama kontak dan bekerja didalan pakan atau bahan baku yang akan kita simpan.

PREMIX

Dipasaran saat ini cukup banyak premix beredar baik lokal maupun import yang pada komposisinya banyak tercantum toxin absorbent atau moldinhibitor. Entah bagaimana pada umumnya banyak peternak beranggapan dengan adanya salah satu bahan yang disebut tadi sudah cukup untuk memproteksi pakan yang dia campur. Nanti dulu ? kita harus memperhatikan berapa jumlahnya pada setiap kilogram premix. Pernah penulis menemukan dilapangan salah satu premix yang beredar mengandung toxin absorbent sebanyak 20 gr/kg premix dengan dosis 5 kg/ton. Ini berarti bahwa jumlah toxin absorbent ada 100 gr untuk satu ton pakan. Dengan jumlah yang sedemikian tentunya tidaklah cukup untuk memproteksi pakan yang kita aduk, itu berarti perlu penambahan. Memang pada pabrik-pabrik premix biasanya ditambahkannya toxin absorbent tersebut untuk menjaga kwalitas premixnya. Jadi bukan untuk pemproteksi secara keseluruhan pakan yang akan diaduk.

BAHAYA RACUN JAMUR PADA TERNAK

Seperti yang telah diutarakan di atas tadi, yang paling penting kita ketahui dan perhatikan efek negative dari racun jamur adalah terjadinya mycotoxicosis yang sub klinis (tidak adanya gejala klinis yang tampak secara kasat mata). Pada kejadian sub klinis ini, beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa racun jamur telah diketahui dapat mengakibatkan kejadian-kejadian sebagai berikut;
rusaknya system kekebalan tubuh ternak
terjadinya kegagalan vaksinasi dan pengobatan
menurunnya jumlah sel-sel darah putih dan magrofag
menurunnya kemampuan sel-sel magrofag dalam membunuh bakteri-bakteri pathogen
meningkatnya resiko terjadinya infeksi bakteri
berkurangnya jumlah konsentrasi plasma darah dari antibiotic yang diberikan

Kalau hal-hal tersebut diatas berlangsung terus, maka kita akan melihat gejala klinis pada ayam baik pedaging maupun petelur seperti;
jeleknya FCR dan pertambahan bobot badan harian
menurunnya nafsu makan
menurunnya produksi telur
adanya kerusakan pada hati dan ginjal
pertumbuhan tulang yang rapuh
perlukaan pada paruh
pertumbuhan bulu yang jelek
program vaksinasi dan pengobatan yang selalu gagal
pada akhirnya terjadi kematian

Read More......

07 Mei, 2008

BIOSEKURITI

:

  1. Biosekuriti merupakan benteng pertama dalam mencegah terjadinya penyakit pada ternak yang kita pelihara. Ada tiga pondasi utama dalam melakukan biosekuriti yaitu :
    1. Isolasi : artinya membuat seminim mungkin terjadinya kontak antara lingkungan kandang dengan lingkungan luar kandang dengan cara :
    a. Melakukan desinfeksi
    b. Mencegah masuknya hewan liar maupun hewan peliharaan lain ke dalam kandang
    c. Melakukan pembasmian serangga dan hama tikus
    d. Membuat pagar pembatas permanen

    2. Pengawasan lalu lintas
    a. Lakukan penyemprotan dengan desinfektan terhadap peralatan dan kenderaan yang akan masuk ke dalam kandang
    b. Hindari terjadinya pinjam-meminjam peralatan antar farm
    c. Dilarang masuk orang yang tidak berkepentingan ke dalam kandang
    d. Sopir, sales, atau petugas lainnya sebaiknya ganti pakaian khusus dan lakukan penyemprotan sblm masuk ke area kandang
    3. Sanitasi :
    a. Desinfeksi harus menyeluruh thdp orang, peralatan, sumber air material lain yg akan masuk ke dlm kandang
    b. Lakukan setiap hari desinfeksi tempat pakan, minum dan kotoran ayam
    c. Hindari tercecernya pakan dan lakukan penyapuan di dlm kandang dan sekelilingnya, terutama thdp bulu-bulu ayam dan saluran-saluran air
    d. Hindari penumpukan sampah dan lakukan pembakaran setiap hari
    e. Lakukan desinfeksi egg tray, gerobak dorong, sepatu dan pakaian petudas kandang setiap hari

Read More......

TAHAPAN DESINFEKSI KANDANG

:

I. Angkat kotoran : segera angkat kotoran dan sebaiknya langsung di tempatkan di luar kandang pada tempat khusus sebelum diambil pengepul kotoran ayam. Sementara itu seluruh peralatan kandang di singkirkan, tempat pakan dan minum rendam dengan desinfektan pada bak khusus

II. Insektisida : berikan insektisida untuk membasmi serangga-serangga seperti kutu maupun kecoa. Karena serangga-serangga tersebut dapat berperan sebagai pembawa kuman penyakit
III. Penyemprotan dan Perendaman: berikutnya semprot seluruh kandang dengan desinfektan yang dapat bekerja pada zat organic sehingga bisa membunuh kuman secara efektive pada kotoran. Rendamlah lantai kandang dengan desinfektan dan diamkan minimum selama 2 hari
IV. Pencucian : cuci dan sikat seluruh kandang dengan deterjen, krok sisa-sisa kotoran yang mengeras
V. Rodentisiada : berikanlah racun tikus pada kandang tersebut dengan harapan tikus-tikus yang berada di sekitar kandang dapat dibasmi
VI. Cuci peralatan dan aliran air : cuci seluruh peralatan yang dibutuhkan dan keringkan
VII. Desinfeksi ke-2 : Lakukan sekali lagi desinfeksi pada seluruh kandang, sebaiknya pakailah desinfektan yang mempunyai efek residu sehingga dapat mencegah terjadinya pencemaran ulang pada kandang
VIII. Pasang layar dan seluruh peralatan yang dibutuhkan
IX. Pumigasi: lakukan pumigasi sehari sebelum DOC datang

Read More......

MEKANISME INFEKSI

:

Kuman ( apakah itu bakteri, virus, protozoa maupun jamur) mempunyai mekanisme dalam menyerang sel inangnya. Secara ringkas kuman tersebut bisa menginfeksi melalui 4 tahap yaitu:
Adhesi (menempel)
Kolonisasi (berbiak)
Penetrasi (masuk ke tubuh)
Invasi (menyebar ke seluruh tubuh sambil berbiak)
Sedangkan strategi mencegahnya dengan cara :
Hindari terjadinya penempelan dengan cara membuat permukaan kulit dan selaput mukosa dalam keadaaan mulus dan meningkatkan kekebalan permukaaan (IgA) melalui program vaksinasi live melalui tetes mata, tetes hidung maupun tetes mulut. Disamping itu pemberian vitamin seperti vitamin A D E maupun C yang banyak berperan pada proses regenerasi sel kulit dan selaput lender dan juga berperan sebagai antioxidant dan peningkatan aktivitas sel Natural kill dan sel macrofage
Kalau terjadi penempelan, maka yang harus ditingkatkan adalah aktivitas dan jumlah sel-sel fagosit dengan cara pemberian zat-zat yang bersifat immune booster
Penetrasi dan invasi bisa dicegah dengan cara meningkatkan antibodi (kekebalan humoral)di dalam darah melalui program vaksinasi kill dan peningkatan jumlah dan aktivitas sel fagosit dan sel-sel limfosit.

Read More......